Jekmen Sinulingga Ajak Mahasiswa Sastra Batak USU Lestarikan Budaya Batak Lewat Teknologi Digital
- account_circle Nuraini
- calendar_month Ming, 9 Nov 2025
- visibility 22
- comment 0 komentar

ZONA.CO.ID (Medan) – Budaya Batak dengan segala nilai luhur dan tradisi yang mengiringinya menjadi salah satu kekayaan bangsa yang terus dijaga masyarakat Sumatera Utara.
Di tengah derasnya arus modernisasi dan perkembangan teknologi, upaya menjaga identitas budaya ini kini mendapat dorongan baru dari kalangan akademisi Universitas Sumatera Utara (USU).
Program Studi Sastra Batak Fakultas Ilmu Budaya (FIB) USU menjadi pelopor dalam upaya pelestarian budaya di era digital.
Melalui kegiatan penelitian, produksi video dokumenter, aplikasi interaktif, hingga kampanye media sosial, para mahasiswa berusaha memperkenalkan kembali tradisi Batak kepada masyarakat luas, terutama generasi muda.
Upaya ini tidak hanya berbentuk kajian akademik, tetapi juga gerakan nyata yang menghidupkan kembali nilai-nilai adat dan filosofi Batak dalam konteks kehidupan modern.
Dosen Program Studi Sastra Batak FIB USU, Jekmen Sinulingga, menilai teknologi digital dapat menjadi sarana efektif untuk melestarikan budaya lokal.
Menurutnya, di tengah kemajuan teknologi, penting bagi generasi muda untuk memahami dan mencintai akar budayanya sendiri.
“Banyak orang tidak lagi memahami makna di balik upacara adat Batak. Dengan teknologi, kita bisa memperkenalkan kembali tradisi itu kepada siapa pun, bahkan yang berada jauh dari tanah Batak,” ujar Jekmen Sinulingga.
Ia menambahkan, pelestarian budaya bukan sekadar menjaga tradisi lama, tetapi juga menghadirkannya dalam bentuk baru yang bisa diterima oleh masyarakat masa kini.
Musik Gondang, salah satu warisan penting masyarakat Batak, kini kembali bergema dengan nuansa baru.
Sejumlah musisi muda mencoba memadukan alat musik tradisional seperti taganing dan ogung dengan genre modern seperti pop dan jazz.
Kreativitas ini menjadi bukti bahwa tradisi tidak harus berhenti di masa lalu, melainkan bisa terus hidup dalam bentuk baru yang tetap menjaga identitas dan nilai aslinya.
Di Desa Silalahi, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi, rumah adat Bolon masih berdiri kokoh sebagai lambang kebanggaan dan jati diri masyarakat Batak.
Rumah dengan atap melengkung menyerupai perahu ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal, tetapi juga pusat kegiatan adat dan keluarga.
Setiap ukiran pada rumah Bolon memiliki filosofi yang mencerminkan nilai kebersamaan dan keseimbangan hidup.
Namun, di tengah perkembangan zaman, keberadaan rumah tradisional ini kian berkurang.
Pemerintah daerah dan komunitas adat terus berupaya menjaga kelestariannya melalui program revitalisasi dan dukungan bagi masyarakat yang merawat rumah adat tersebut.
Arus globalisasi dan pengaruh budaya luar menjadi tantangan tersendiri bagi keberlangsungan budaya Batak.
Meski demikian, kalangan akademisi, seniman, dan masyarakat adat tetap optimis bahwa tradisi Batak akan terus bertahan selama masih ada kesadaran dan kebanggaan terhadap warisan leluhur.
“Modernisasi tidak harus membuat kita kehilangan jati diri. Justru dengan memadukan kemajuan dan tradisi, kita bisa menjaga identitas budaya dengan cara yang lebih kuat,” tutur Jekmen Sinulingga.
Gerakan pelestarian budaya Batak yang dilakukan oleh mahasiswa Sastra Batak USU menunjukkan bahwa tradisi dapat beradaptasi dengan kemajuan zaman.
Melalui pendidikan, kreativitas, dan pemanfaatan teknologi, budaya Batak terus hidup, berkembang, dan menjadi sumber inspirasi bagi generasi berikutnya.
Budaya bukan sekadar peninggalan masa lalu, ia adalah bagian dari masa depan yang membentuk karakter dan jati diri bangsa.*
- Penulis: Nuraini
- Editor: Nuraini
- Sumber: Tribun Medan

Saat ini belum ada komentar